Dieng, biasa di sebut dengan Dieng Plateau (dataran tinggi) merupakan jajaran pegunungan berapi yang telah mengalami masa surut atau mati. Dieng terletak di Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah. Untuk wisata di Dieng sendiri terletak di Kejajar, Dieng Kulon ( barat) dan Dieng Wetan (timur). Dataran tinggi Dieng terletak di koordinat 7°12″ Lintang Selatan dan 109°55” Bujur Timur , berdekatan dengan pegunungan kembar Sindoro dan Sumbing yang terletak di kabupaten Wonosobo. Dalam sejarahnya Dataran Tinggi dieng adalah kawah mati yang terisi air dan terjadi pengendapan serta pengeringan tanah. Dan setelah terjadi pengeringan Dataran Tinggi Dieng menjadi tempat suci wangsa Sanjaya, sekitar abad ke-6 M. Dalam coretan ini dibagi menjadi tiga bahagian karena banyaknya cerita dan gambar dari Dataran Tinggi Dieng yang sangat menarik untuk para petualang. Dan ini adalah coretan yang pertama dari tiga bagian (Trilogy of Dieng Plateau) : Alam Dieng :
Kondisi alam di Dataran Tinggi Dieng sangat sejuk bahkan teramat dingin untuk sebagian orang yang tak pernah menginjakan kaki di pegunungan. Untuk mencapai Dataran Tinggi Dieng, Petualang hanya perlu menyempatkan beberapa jam perjalanan yang menyenangkan. Beberapa bisa jadi altenatif, baik naik angkutan umum atau kendaraan pribadi. Jika Petualang memulai dari Jogja dengan menggunakan kendaraan pribadi, jalur altenatif bisa melewati Ring Road Utara – Melewati jalur alternatif langsung ke Kretek Wonosobo – Kalibawang – Salaman Magelang – Kajoran – Wadas Lintang – Kali Kajar – Kretek – Kota Wonosobo – Dieng Plateau. Perkiraan waktu sekitar 3-4 jam. Untuk yang dari Semarang bisa mengikuti jalur : Semarang – Ungaran – Bandungan atau Ambarawa – Sumowono – Kaloran – Kota Temanggung – Kretek – Kota Wonosobo – Dieng Plateau. Waktu tempuh juga hampir sama sekitar 4 jam dengan kondisi jalan normal.
Dataran Tinggi Dieng cuacanya sangat dingin, jadi Petualang siapkan jaket yang mampu menahan dinginnya udara Dieng. Ketika musim kemarau, suhu malam hari bisa mencapai 5°C, apalagi ketika musim penghujan bisa mencapai suhu dibawah 0°C. Kondisi ekstrim ini dimulai pukul 4pm hingga pagi jam 9am. Beberapa masyarakat sudah terbiasa dengan cuaca dingin, hal itu terlihat dari pakaian pertanian yang dipakai menutupi hampir semua badan sehingga mudah untuk bertahan di cuaca Dingin.
Petualang bisa berpetualang dalam satu hari di tempat wisata Dieng 1, dikatakan demikian karena masyarakat Kejajar biasa menyebut lokasi yang dekat dengan komplek candi dengan sebutan Dieng 1. Atau alternatif lain dengan menginap dan melanjutkan hari esok ke Dieng 2 (Lokasi yang agak jauh dengan komplek candi) plus melihat sunrise di bukit Sikunir. Banyak Hotel dan Homestay yang tersedia dengan harga kompetitif. Untuk harga sewa homestay untuk satu kali chek in sekitar Rp. 200.000,- hingga Rp. 250.000,-. Petualang bisa memilih homestay tergantung selera, salah satunya adalah Homestay Dieng Pass kontak yang bisa dihubungi di nomor HP 085291250250 (Mas Agus) yang berada di pertigaan Kejajar, persis di dekat komplek Candi Dataran Tinggi Dieng.
Untuk memudahkan para Petualang, maka lokasi Dataran Tinggi Dieng terbagi menjadi dua : Pertama, Dieng 1 : Telaga Warna, Telaga Pengilon, Goa Semar, Goa Jaran, Kawah Sikidang, Candi Bima, Komplek Candi Arjuna, Komplek Candi Setyaki, dan Dieng Plateau Teather. Kedua, Dieng 2 : Sunrise Bukit Sikunir, Museum Kaliasa, Telaga Merdada, Kawah Candradimuka, Sumur Jalatunda, Telaga Drigo, Air terjun Sirawe, dan Telaga Swiwi. Petualang juga bisa merubah tempat yang dikunjungi sesuka hati menurut keinginan selama masih sama atau berdekatan dengan obyek yang lain. Untuk harga tiket masuk (khusus untuk lokasi di Dieng 1 : Telaga Warna-Pengilon-Goa goa, Kawah Sikidang, Dieng Plateau Teather, Komplek Candi Arjuna) cukup murah hanya Rp. 12.000,- /orang dengan membeli tiket terusan di loket yang letaknya tak jauh dari Kejajar atau jalan yang akan ke Telaga Warna. Cukup murah bukan?
Nah, Berbicara tentang Dataran Tinggi Dieng tidak lepas dari keadaan alam yang mempengaruhi kultur budaya masyarakat dan tempat-tempat yang akan dikunjungi terutama kondisi alam Di Dieng. Dimulai dariTelaga Warna, hanya dengan menunjukan tiket terusan dan tambahan biaya wisata Rp. 2.000,- karena merupakan tempat wisata dan belum termasuk biaya parkir, Petualang bisa menikmati keindahan tersembunyi dari Telaga yang mampu berubah-ubah warnanya. Dalam satu paket petualangan mengintari cekungan Telaga Warna dan Pengilon, ditambah juga jajaran Goa seperti Goa Semar, Goa Jaran (ina : kuda), Goa Sumur, dan Batu Tulis. Telaga Warna sendiri terbentuk karena depresi di daerah antara gunung Prau dan Igir Binem sehingga menghasilkan cekungan luas yang berisikan material halus. Material halus ini diperkirakan dari berbagai tempat yang berkumpul jadi satu, seperti material halus yang berasal dari Kawah Sikidang yang berwarna putih. Sementara Piroklastik Igir memberikan material halus berwarna abu-abu, sedangkan gunung Pangonan menempatkan lumpurnya yang berwarna abu-abu kehitaman. Warna endapan material, kedalaman air telaga, ditambah pantulan dari sinar matahari menyebabkan air telaga berwarna-warni. Hmm, Nampak indah.
Sedang Telaga Pengilon letaknya persis disebelah Telaga Warna. Kalau air yang dihasilkan Telaga Warna bisa berubah-ubah, untuk telaga Pengilon airnya jenih dan sangat bagus ketika mata memandang. Bayangan tumbuhan bisa memantul di air telaga yang menciptakan ke unikkan alam yang sangat menajubkan. Pengilon (bahasa jawa) dari kata ngilo yang berati berkaca atau bercermin (bahasa indonesia). Pengilon bisa di artikan tempat bercermin atau cermin atau orang yang sedang bercermin. Bisa jadi karena telaga Pengilon sangat bersih dan bening jadi bisa untuk bercermin wajah (pengilon). Atau definisi lain adalah sesuatu yang memancarkan pantulan sinar matahari secara khas sehingga membentuk pantulan (pengilon) yang sangat indah. Letak telaga Warna, Pengilon dan Goa berada di Dieng 1 (Satu) Sekitar 5 menit dari Tiket Terusan di sebelah kiri jalan dekat dengan pasar dan tempat parkir.
Goa-goa di sekitarnya juga merupakan cekungan batu yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Karena tempat goa ini menjadi satu kesatuan jalur. Hampir semua goa oleh Dinas Kebudayaan nampaknya di tutup untuk umum karena memang goa ini sangat sempit untuk dimasuki orang serta kondisinya yang sangat gelap ketika masuk tanpa penerangan sama sekali. Bisa jadi, goa tersebut menjadi daerah terlarang untuk dimasuki kecuali dalam prosesi tertentu atau orang tertentu. Masyarakat Dieng masih melakukan berbagi ritual yang bersumber dari mitos dan kepercayaan dari jaman kerajaan wangsa Sanjaya tersebut. Namun tak usah berkecil hati, karena disekitar goa disediakan banyak gazebo sebagai tempat duduk dan istirahat setelah kaki lelah menyusuri Telaga Warna. Tempatnya sejuk dan rindang, jadi petualag bisa nyaman dan enjoy menikmati alam Dataran Tinggi Dieng.
Kawah Sikidang, Kawah ini merupakan bagian wilayah dari Gunung Pangonan yang tertutup material disekitarnya dan bercampur dengan lumpur hidrotermal yang mempunyai kadar gas dan mineral tinggi terutama belerang. Umur kawah Sikidang Cukup lama, bermula dari jaman Plesitosen atas atau sekitar 250.000 – 10.000 tahun yang lalu. Hingga sekarang mineral ini masih aktif dan muncul di permukaan. Pemerintah memanfaatkan kondisi tersebut untuk sumber energi bumi yang digunakan sebagai pembangkit listrik. Untuk masuk ke kawah Sikidang Petualang hanya menunjukan tiket terusan yang di beli tadi.
Letaknya hanya beberapa menit dari Telaga Warna melewati komplek Candi Bima yang berada di sebelah kiri jalan. Disebut kawah Sikidang karena letupan material panas yang di keluarkan dari dalam bumi bisa berpindah tanpa aturan mirip seperti Kidang (Ina : Kijang). Untuk mencapai Kawah Sikidang, Petualang silakan jalan lurus dari Telaga Warna lalu setelah bertemu pertigaan, belok kiri didekat sana ada Candi Bima, lalu tunjukan tiket terusan beberapa saat kemudian, sampai di area parkir dan pasar. Tips : Belerang di Kawah Sikidang sangat keras dan berbau tajam, silakan untuk membawa masker. Kalau tidak bawa, di sekitar Kawah Sikidang menyediakan masker sederhana yang di jual seharga Rp. 5.000,- untuk 2 (dua) buah masker.
Telaga Merdada, Telaga ini merupakan bekas kepundan yang berisi air, sekaligus telaga yang luas di Dataran Tinggi Dieng. Airnya biru dan mempersona. Telaga Merdada sendiri berbentuk relatif lebih bulat dari pada telaga-telaga yang lainnya, hal ini dikarenakan Telaga Merdada merupakan sisa sebuah kawah dari Gunung Pangonan yang terbentuk sekitar zaman Plesitosen atau sekitar 500.00 – 250.000 tahun yang lalu. Kemudian tertutup oleh material yang ada disekitarnya, lama kelamaan menjadi tandon (tempat) air. Telaga Merdada ini letaknya agak jauh dari pusat komplek candi. Untuk menuju ke Telaga Merdada Petualang harus keluar dari Dieng 1 atau sekitar kawasan komplek Candi (Tulisan selanjutnya) menuju kelurahan Karang Tengah. Lalu berbelok ke arah kiri, jalanan memang tidak terlalu bagus dan mulus, namun Petualang bisa melewati dengan mudah.
Ketika Petualang memasuki Telaga Merdada, setiap pandangan adalah takjub. Karena Telaga Merdada benar-benar di kelilingi oleh perbukitan yang melingkar. Telaga ini seperti mirip dengan mangkok yang terisi air setengah, dengan bukit-bukit yang sangat tinggi dan curam. Air di Telaga Merdada sangat-sangat bening, hingga petualang dapat melihat tumbuhan yang ada di dalam telaga. Ganggang-ganggang tersebut nampak meliuk-liuk ketika air bergerak karena dorongan angin di atasnya. Luas, Bening, Indah, dan Menajubkan itulah kata yang tepat untuk menyebut Telaga Merdada di Dataran Tinggi Dieng.
Kawah Sileri, Kawah ini memiliki air yang berwarna keputih-putihan bening. Masyarakat Dieng biasa menyebutnya Sileri karena airnya memang mirip seperti Leri (air bekas mencuci beras). Kawah Sileri relatif bulat walaupun tidak sepenuhnya, kawah tersebut terjadi akibat sisa lubang kepunden dari gunung Sipandu yang muncul pada masa Pleistosen tengah sekitar 500.000 – 250.000 tahun yang lalu. Sisa kawah tersebut perlahan ditutup oleh material sekitarnya yang bercampur dengan lumpur hidrotermal. Patahan-patahan yang mengelilingi kawah Sileri sampai sekarang masih ada dan mengeluarkan gas dan larutan hidrotermal, gas ini lah yang digunakan untuk pembangkit listrik. Apabila musim hujan, kawah sileri menjadi meningkat aktivitasnya karena banyaknya air yang masuk ke dalam kawah.
Beberapa keindahan alam yang lain seperti Kawah Candradimuka dan Sumur Jalatunda juga nampak sangat indah (Tulisan Selanjutnya). Dataran Tinggi Dieng juga mempunyai keindahan yang lain, keindahan yang tersembunyi walaupun sebenarnya nampak, yaitu jajaran pegunungan yang sangat indah dan menajubkan. Seperti ketika Petualang berada di Dieng Plateau Teather, dihadapan terhampar pegunungan melikuk yang sangat sejuk lagi indah. Juga hamparan sawah-sawah yang tertata rapi sedemikian rupa, dengan semua aktivitas masyarakat Dieng yang grapyak dan sumeh.
Nah, Apabila Petualang masih pening dan belum faham dengan berbagai tempat yang menarik di Dataran Tinggi Dieng,
Bunga yang bertemu ketika menjelajah.
Bunga
Dandelion Dataran Tinggi Dieng
…………………………………….
sumber by : coretanpetualang.wordpress.com untuk Indonesia Indah
Post a Comment